Cerpen: Thea dan Mahendra (Part 2)
24 september adalah hari yang aku tunggu tunggu selama ini, dimana usiaku sudah 24 tahun dan aku merasa mendapatkan kado terindah dalam hidupku dan itu aku temukan pada diri Reyhan. Pesta ulang tahunku berlangsung secara meriah, semua rekan kerjaku datang dan tentunya Reyhan selalu berda di sampingku. Namun aku melihat ada seorang lelaki yang berdiri di pojok rumahku, dia mengenakan topi, masker dan jaket warna hitam.
Aku mencoba menghampiri lelaki itu, aku sangat penasaran siapa dia? Mengapa dia datang di acara ulang tahunku? Apakah aku mengenalnya? Bukannya aku hanya mengundang rekan kerjaku? Selangkah demi selangkah aku menuju pojok ruangan, namun lelaki itu berjalan keluar dengan kaki kiri yang setengah terseret dari rumahku, aku terus mengikutinya dan dia pun berhenti di taman dekat rumahku.
Dia tidak menjawab pertanyaanku sedikitpun, aku kesal, aku menampar wajahnya namun dia tetap diam saja.
Aku melihat kakinya, ternyata kaki kirinya palsu, kakinya diamputasi karena dia mengalami kecelakaan saat ditugaskan di Singapura, aku tak bisa bicara apapun sekarang, aku sangat menyesal atas kejadian ini. Hatiku tetap menyayangi mahendra walaupun kakinya tak sempurna lagi, aku tak peduli bagaimana fisik mahendra sekarang tapi jika aku tetap memilih mahendra bagaimana dengan reyhan, pria yang selama ini bersamaku disaat mahendra menghilang. Tuhan bagaimana ini? Siapa yang harus aku pilih?
Aku menceritakan panjang lebar mengapa aku dan mahendra seperti ini. Tiba tiba tatapan reyhan berubah menjadi masam, kekecewaan terpampar jelas di wajahnya, aku semakin merasa bersalah kepada mahendra dan reyhan. Lalu reyhan memegang tangan kami berdua.
Reyhan memeluk kami berdua dan saat itu juga dia meninggalkan kami dengan wajah sangat kecewa, namun mau bagaimana lagi ini sudah keputusan kami, semua tamu yang datang larut dalam kesedihan kami. Mahendra memelukku dan semua yang berada disana bertepuk tangan dan mereka berpamitan untuk pulang. Mahendra bercerita jika Audria telah menikah dengan kekasihnya di bandung.
Setelah kejadian itu kami memutuskan untuk menikah, kami merayakan pesta pernikahan kami secara sederhana, hanya sahabat dan keluarga yang kami undang. Termasuk Reyhan, dia datang dengan kekasih barunya, yang tak lain adalah sepupuku sendiri, Ines namanya. Mereka datang dengan mengenakan pakaian serba merah muda, iya seperti tema pernikahan kami, dengan nuansa romantis yang kami ciptakan semua orang yang berada disini sama bahagianya dengan kami.
Di hari pernikahanku ini aku hanya menginginkan kami bisa hidup bahagia dengan pasangan kami masing masing, aku dengan mahendra dan Reyhan dengan sepupuku Ines. Dan sekarang aku dan mahendra tinggal di di daerah jogja karena mahendra bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota ini. Aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi dengan alasan aku ingin menjadi istri yang yang selalu menyambut suaminya setiap hari.
Aku tersenyum dan kembali memeluknya, aku tak ingin kehilangannya lagi, sampai kapanpun aku akan tetap di sisinya, menemaninya, selalu ada bersamanya dan apapun kondisinya, aku menerima dia apa adanya dan begitupun sebaliknya. Kami mendirikan cafe yang kami beri nama “Cafe Thera” gabungan dari nama kami berdua, cafe tersebut yang akan menjadi saksi bisu cinta kami berdua. Sekarang, nanti dan sampai kapanpun, sampai akhir hayat kami.
Post a Comment